Paska merilis debut EP Karet (2021) dan album penuh perdana Katus (2023), nama Swellow secara perlahan kian dikenal oleh music enthusiast, khususnya di ranah indie-rock. Sering kali merchandise mereka ditemukan di gigs, konser, hingga festival, dikenakan oleh muda-mudi. Salah satu penanda, sebuah band mulai eksis.
Kini band indie-rock asal Bogor, Swellow telah merilis EP keduanya yang bertajuk ‘Pasang’ pada Jum’at (8/11). Menariknya lagi, EP ini dirilis oleh Agordicords, media musik asal Jakarta. Dalam EP ini, band yang beranggotakan Bayu Ramadhan Dwi Azni (vokal), Andi ‘Idam’ Fauzi (gitar), Afnan ‘Abo’ Hissan (gitar), Misbahuddin Nika (bass), dan Muhammad Fadhil ‘Opay’ Naufal (drum), menghadirkan 7 lagu yang fresh, dengan sentuhan sound ala Madchester. Tentunya, dengan tak meninggalkan karakter sound indie-rock yang telah melekat dengan Swellow.
Dalam EP tersebut, Swellow juga berkolaborasi dengan band yang sedang naik daun, The Cottons, di track berjudul “Lagu”, dan “Kamera”. Selain The Cottons, di track “Kamera”, Swellow juga berkolaborasi dengan Zeke. Secara garis besar, di EP keduanya ini, mereka mencoba merangkum berbagai pengalaman hidup tiap individu di Swellow beberapa waktu ke belakang. Mulai dari pandangan politik, hingga gelombang energi dalam band.
Dalam proses pengerjaannya, sang gitaris Andi ‘Idam’ Fauzi yang menciptakan seluruh musik sekaligus produser di EP ‘Pasang’, menuturkan jika lagu-lagu bernuansa indie rock, indie pop, madchester, hingga krautrock yang ia dengarkan sangat mempengaruhinya dalam meramu materi baru untuk Swellow. “Gue banyak mencontek mood lagu dari referensi band-band yang gue dengarkan. Misal pas dengar band Mccarthy, jadi pengen bikin lagu indie pop model begitu. Terus tiba-tiba pas dengar Midlake jadilah ide bikin ‘Kamera’. Begitu sih, random saja ide tiba-tiba muncul. Sound-nya jadi eksplor gara-gara referensi yang gue dengarkan” ujar pria yang kerap disapa Idam.
Untuk soal lirik, seperti karakter Swellow yang selalu menyajikan hal yang sederhana, kali mereka juga menuangkan beragam fenomena yang terjadi di sekitar mereka. Mulai dari keluh kesah mobilitas kelas pekerja di kota besar, romansa kampung halaman, hingga isu global. “Lirik-lirik di ‘Pasang’ tuh seperti mencoba menangkap apa saja yang Swellow lihat dan rasakan di sepanjang perjalanan kami membuat EP ini. Energi anak-anak ketika workshop di vila, kamera yang selalu tertinggal padahal niat untuk dokumentasi, siaran dokumenter NHK tentang pabrik di Jepang, perasaan nostalgia pulang ke Bogor, cerita lelahnya seorang teman yang selalu commuting lewat Manggarai, sampai bayangan pagi yang hancur karena genosida di Palestina,” ungkap Bayu.
Bicara tentang hadirnya nama The Cottons dan Zeke Khaseli sebagai kolaborator di “Lagu” dan “Kamera”, Abo sang gitaris mengungkapkan proses di balik keterlibatan keduanya. “Sebelum penggarapan EP, wak Idam sama gue dulu pernah kirim rekaman HP dari cikal bakal lagu ‘Kamera’ ke Zeke, jadi memang sudah dari awal penggarapan mau kolaborasi dengan Zeke. Akhirnya, ’Kamera’ dikerjakan ulang sampai seperti versi sekarang di rilisan, dan memang nadanya itu di pikiran kami cocok untuk dinyanyikan dan ada piano yang diisi oleh Zeke”
“Kalau untuk The Cottons, pas di tengah penggarapan EP kayaknya untuk fill dan instrumen butuh sosok kolaborator dan akhirnya The Cottons benar-benar bisa blend dengan lagu ‘Lagu’ dan ‘Kamera’. Beberapa chord dan isian ini diciptakan oleh The Cottons”, pungkasnya.
Kini, EP ‘Pasang’ sudah bisa kamu nikmati di berbagai layanan musik streaming. Selamat menikmati indie-rock Bogor rasa Madchester.
Ditulis oleh The Agvs