Song of a Lost World: Merangkum Muram Menuju Senjakala Bersama Album Terbaru The Cure

Di album Song of a Lost World, kita nggak akan menemukan melody gitar centil, ataupun lirik-lirik manis tentang jatuh cinta seperti di lagu “Friday I’m In Love” ataupun “Just Like Heaven”. Sebaliknya, kita justru kembali dibawa ke dunia yang muram dan penuh kesedihan oleh Robert Smith dan kawan-kawan, setelah menunggu enam belas tahun sejak The Cure terakhir mengeluarkan album studio penuh mereka, yaitu 4:13 Dream. Pasalnya Robert Smith yang menjadi songwriter tunggal di album ini, menulis lagu-lagunya di masa yang kelam setelah kehilangan ibu, ayah, dan juga saudara kandungnya beberapa tahun silam. 

“This is the end of every song that we sing. The fire burned out to ash and the stars grown dim with tears. Cold and afraid, the ghosts of all that we’ve been. We toast with bitter dregs, to our emptiness.”


Sebagai lagu pertama, “Alone” sedikit mengingatkan saya dengan lagu “Plainsong” dari album Disintegration, meskipun secara keseluruh nuansa di album ini juga mirip-mirip dari album tersebut. Namun intro yang panjang dan tempo yang mengayun lambat, ditambah verse pembuka yang begitu suram, jelas menegaskan kalau Smith ingin membawa The Cure balik ke era Disintegration.

Album cover Disintegration / Sumber : thecure.com

Sementara di track lain seperti “And Nothing Is Forever” dan “All I Ever Am”, Smith kembali mengangkat tema-tema seperti keterasingan, keputusasaan, dan ketakutan akan kehilangan, yang disampaikan dalam penulisan lirik yang begitu intim. Bahkan faktanya, Robert Smith menulis track  “I Can Never Say Goodbye” untuk mengenang mendiang kakaknya yang belum lama pergi meninggalkannya. Beberapa penggalan lirik di album ini juga seolah menggambarkan kegelisahan menuju senjakala —kalau boleh memperhalus arti dari menuju akhir kehidupan— seperti “I know, I know, That my world has grown old. And nothing is forever”, dan “Shadows growing closer now. And there is nowhere left to hide”.

The Cure live membawakan album Song of a Lost World / Sumber IG @bbcradio2

Sebagai lagu penutup, “Endsong” mejadi pilihan yang pas di album ini. Dengan panjang track selama kurang lebih 10 menit, di mana 6 menit pertama adalah instrumental intro, The Cure seolah memberikan kesempatan, bukan hanya untuk mendengarkan tapi juga memproses emosi yang muncul dari setiap lagu yang sudah didengarkan sebelumnya. Lalu, kalau ada yang bisa mengimbangi perasaan hopeless dan kosong seperti saat mendengarkan “Trust” dari album Wish, lagu ini adalah jawabannya. Bagaimana tidak, 6 menit instrumental intro dengan hentakan drum berulang dan melodi gitar yang menghantui, seharusnya cukup membuat siapapun yang mendengarkan lagu ini masuk ke mode kontemplasi dan merefleksikan kesia-siaan hidup di dunia yang fana ini. Yah, apa pun itu, semoga album ini bukan album perpisahan dari Robert Smith dan kawan-kawan ya. 

“No hopes, no dreams, no world. No, I don’t belong. I don’t belong here anymore”

Ditulis oleh: Joniboy